The truth is out West! We’re hopping on the ET Highway and venturing to the most notorious alien hot spots, including Roswell’s infamous crash site, Area 51’s eerie perimeter, and a mysterious desert watchtower. Join us as journalist Laura Krantz, host of the podcast Wild Thing , beams up to share stories from the front lines of UFO reporting—from strange sightings and quirky festivals to a mailbox where people leave letters to extraterrestrials. Maybe you’ll even decide for yourself: Is Earth a tourist stop for spaceships? UFO hot spots you’ll encounter in this episode: - UFO Watchtower (near Great Sand Dunes National Park, Colorado) - Roswell, New Mexico - Area 51, Nevada - Extraterrestrial Highway (aka State Route 375), Nevada - Little A’Le’Inn, ET Highway, Nevada - E.T. Fresh Jerky, ET Highway, Nevada - Alien Research Center, ET Highway, Nevada - The Black Mailbox, ET Highway, Nevada Via Podcast is a production of AAA Mountain West Group .…
Suluh Pergerakan Podcast hadir untuk mendorong lahirnya wacana alternatif yang dapat menggerakkan kesadaran kritis dalam memperjuangkan keberpihakan kepada kaum yang tidak memiliki akses terhadap pembelaan. Kami juga turut berusaha memperluas jejaring antar gerakan sosial yang memiliki komitmen serupa. Jejaring yang bisa dirumuskan sebagai upaya untuk mempertahankan kedaulatan, memperkuat otonomi, hingga mampu merumuskan prinsip-prinsip dasar perubahan sosial ke arah yang lebih baik.
Suluh Pergerakan Podcast hadir untuk mendorong lahirnya wacana alternatif yang dapat menggerakkan kesadaran kritis dalam memperjuangkan keberpihakan kepada kaum yang tidak memiliki akses terhadap pembelaan. Kami juga turut berusaha memperluas jejaring antar gerakan sosial yang memiliki komitmen serupa. Jejaring yang bisa dirumuskan sebagai upaya untuk mempertahankan kedaulatan, memperkuat otonomi, hingga mampu merumuskan prinsip-prinsip dasar perubahan sosial ke arah yang lebih baik.
Di episode ini, kami mengajak Anton Ismunanto, seorang rohaniawan dan pemikir independen, untuk mengeksplorasi konsep kebebasan dari sudut pandang filsafat. Apa sebenarnya arti kebebasan? Apakah kebebasan berarti melakukan apa saja tanpa batas, atau justru ada tanggung jawab moral yang melekat? Melalui pembahasan mendalam, Anton mengupas bagaimana pemikiran filsuf seperti Immanuel Kant, Jean-Paul Sartre, dan Hannah Arendt memengaruhi cara kita memahami kebebasan di era modern. Kami juga berdiskusi tentang relevansi filsafat kebebasan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari keputusan personal hingga konteks sosial-politik. Dengarkan diskusi yang memprovokasi pikiran ini, dan temukan perspektif baru tentang bagaimana kita sebagai individu maupun masyarakat dapat meraih kebebasan sejati. 🎧 Podcast ini tersedia di platform favoritmu! Jangan lupa bagikan jika menurutmu menarik.…
Di episode ini, kami mengangkat cerita perjuangan para orangtua yang tak kenal lelah memperjuangkan keadilan untuk anak-anak mereka, korban salah tangkap di Gedongkuning. Dua tahun telah berlalu sejak peristiwa ini terjadi, dan ketidakadilan dalam proses hukum masih terasa jelas. Bersama Eko Prasetyo dan Herlambang Wiratraman, podcast ini menyelami realitas pahit dari ketidakadilan dan dukungan yang mereka himpun untuk melawan peradilan sesat. Dengarkan kisah penuh haru dan tekad untuk menuntut keadilan yang semestinya, demi kebenaran yang harus ditegakkan.…
Apakah kamu pernah mendengar soal teori kelas tapi bingung dari mana memulainya? Di episode ini, Muchtar Habibie membahas ide-ide dasar Karl Marx tentang kelas sosial dan ekonomi politik (ekopol) dengan cara yang sederhana dan menarik! Bersama-sama, kita akan mengupas apa itu kelas, bagaimana kelas terbentuk, dan mengapa ini penting untuk memahami dunia modern. Dengarkan analisa yang akan membuka mata dan buat kita berpikir lebih dalam soal ketimpangan, kekuasaan, dan struktur sosial. Jangan sampai terlewat! 🎧🔥…
Di episode ketiga ini, Anton Ismunanto membawa kita lebih dalam ke dalam diskusi interaktif tentang filsafat gerakan sosial. Berbeda dari sesi sebelumnya, kali ini fokus pada dialog dua arah, di mana pertanyaan dan pandangan dari peserta pengajian menjadi pusat diskusi. Melalui tanya jawab yang dinamis, Anton menjawab berbagai perspektif kritis tentang teori gerakan sosial, peran individu dan kolektif, serta tantangan dalam memperjuangkan keadilan sosial. Episode ini mengundang pendengar untuk ikut berpikir dan terlibat dalam konsep-konsep penting yang membentuk perjuangan sosial masa kini.…
Dalam episode yang penuh wawasan ini, Anton Ismunanto menyelami lebih dalam landasan filosofis yang membentuk gerakan sosial dan dorongannya untuk mencapai keadilan. Melanjutkan dari Bagian 1, ia meneliti bagaimana gagasan dari teori kritis, etika, dan filsafat politik memengaruhi strategi dan aspirasi gerakan akar rumput saat ini. Bergabunglah dengan kami saat kami mengungkap konsep inti yang memandu perlawanan terhadap ketidaksetaraan, mengeksplorasi peran tindakan kolektif, dan menganalisis bagaimana pemikiran filosofis mendorong perjuangan berkelanjutan untuk transformasi sosial. Sempurna untuk aktivis, pemikir, dan siapa pun yang ingin tahu tentang gagasan mendalam yang menggerakkan gerakan untuk perubahan.…
Kreativitas mewajibkan kita untuk selalu bersedia untuk tidak patuh ( Einstein). Lesunya dinamika kampus akhir-akhir ini memang sangat mencemaskan banyak kalangan. Bahkan beberapa mulai timbul kekhawatiran, apakah kampus masih bisa dijadikan sandaran untuk menciptakan generasi yag cerdas, kreatif, inovatif atau bahkan progresif. Melalui episode ini kita akan mendengarkan bagaimana dinamika kampus, mulai dari mahasiswa yang tuna wacara, aturan yang ketat, kebijakan yang semakin tidak bersahabat, pemangkasan masa studi, beban jam kuliah yang padat, semakin melambungnya biaya pendidikan serta tak jarang tuntutan kampus untuk cepat lulus, wisuda dan kemudian cepat bekerja.…
Seri #SeptemberBerdarah Dalam podcast ini kita akan mendengarkan bagaimana tragedi kekerasan militer atas sipil. Dipandu oleh Anca, Usman Hamid dengan gamblang menjelaskan tragedi yang menghilangkan nyawa manusia. Selain itu, informasi seputar rentetan perlawan yang dilakukan di berbagai daerah juga disajikan dalam podcast kali ini. Selamat mendengarkan!…
Seri #SeptemberBerdarah Dalam podcast ini Pram bersama Asfinawati yang saat ini bergelut di Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) mengurai bagaimana latar belang tragedi Tanjung Priok. Tidak hanya itu, podcast kali ini menyingung kaitan antara Orde Baru dan tafsir tunggal Pancasila. Selamat mendengarkan!…
Ini adalah episode terakhir dalam diskusi "Dinamika Gerakan Perempuan dalam Sejarah Indonesia" Terima kasih untuk kamu yang masih mendengarkan podcast ini. Jangan lupa untuk share ya bung dan nona!
Perjalanan pergerakan perempuan di Indonesia tak kalah menarik dan heroik apabila disandingkan dengan keberanian Susan B. Anthony bersama rekan-rekannya dalam memperjuangkan hak pilih di Amerika Serikat. Bude Ita panggilan akrab teman-teman SMI akan menjelaskan dengan runtut dan cukup jelas bagaimana sejarah dinamika perempuan di Indonesia. Terdapat 4 episode dalam podcast tentang ini. Selamat Mendengarkan!…
Perjalanan pergerakan perempuan di Indonesia tak kalah menarik dan heroik apabila disandingkan dengan keberanian Susan B. Anthony bersama rekan-rekannya dalam memperjuangkan hak pilih di Amerika Serikat. Bude Ita panggilan akrab teman-teman SMI padanya, menjelaskan dengan runtut dan cukup jelas bagaimana sejarah dinamika perempuan di Indonesia. Terdapat 4 episode dalam podcast tentang ini. Selamat Mendengarkan!…
Chapter 1 Perjalanan pergerakan perempuan di Indonesia tak kalah menarik dan heroik apabila disandingkan dengan keberanian Susan B. Anthony bersama rekan-rekannya dalam memperjuangkan hak pilih di Amerika Serikat. Bude Ita panggilan akrab teman-teman SMI menjelaskan dengan runtut dan cukup jelas bagaimana sejarah dinamika perempuan di Indonesia. Terdapat 4 episode dalam podcast tentang ini. Selamat Mendengarkan!…
Pembahasan mengenai serikat buruh akademik bagi kami dirasa sangat penting, entah dalam jangkauan kampus atau jangkauan yang lebih luas. Posisi akademisi terkadang -bahkan sering- tidak berdaya berhadapan dengan posisi dominan secara hukum atau administrasi dari sistem yang bisa represif sewaktu-waktu -entah di kampus maupun negara secara luas. Peluang kriminalisasi terbuka, bahkan semakin terbuka dengan disahkannya UU SISNAS IPTEK. Di dalam kampus, ditambah pula dengan beban administratif akibat birokratisasi Tridarma Perguruan Tinggi. Birokratisasi itu salah satunya memunculkan fenomena Scopusisasi, yang mana dosen untuk memperoleh KUM sebesar 40 poin diharuskan untuk menulis di jurnal internasional dengan indeks Scopus Q1 atau Q2. Fenomena itu ditambah pula dengan beban kerja yang terlalu berlebih, seperti urusan administrasi untuk akreditasi departemen, urusan administrasi kenaikan jabatan, dan lainnya. Di kampus, diharapkan ada serikat buruh akademik. Ia tidak hanya terdiri dari dosen, tetapi aliansi antara dosen, asisten dosen, asisten peneliti, staf akademik, mahasiswa, dan lainnya. Partikularitas itu diharapkan dapat membentuk aliansi atau bahkan serikat yang dapat membentuk iklim demokratis di dalam kampus. Anehnya, kampus sering mengatakan jika negara harus demokratis, tapi tanpa sadar apa yang ada di dalam dirinya tidak lah demokratis -belum lagi struktur patron klien yang ada di dalam kampus yang membuat iklim demokratis itu tidak tercapai. Pernah beberapa kali mendapat cerita dari kawan peneliti di kampus. Ia berusaha mengumpulkan asisten peneliti di fakultasnya untuk membahas pembentukan serikat buruh akademik yang beranggotakan asisten peneliti fakultasnya. Nahas, hanya beberapa saja yang berkumpul dan tidak ada pembahasan berarti. Pembahasan mengalami kebuntuan, karena asisten-asisten peneliti itu takut jika ia berbicara dan menjadi whistle blower akan berpengaruh terhadap surat rekomendasi untuk lanjut studi. Sementara, di luar kampus terdapat buruh akademik serabutan (sebutan kami bagi freelance researcher ) di luar kampus, yang tenaganya kadang dipakai oleh orang-orang di kampus. Mereka bekerja jika hanya ada proyek penelitian. Kondisi mereka terkadang lebih mengenaskan, karena tergantung dengan kontrak. Tidak ada jaminan sosial atau kesehatan merupakan hal yang wajar bagi buruh akademik serabutan. Terkadang, pembahasan mengenai serikat buruh akademik penting. Namun, menyerah karena terlalu banyak beban kerja yang harus diselesaikan. Mengurus beban kerja saja kelimpungan, apalagi jika ditambah harus memikirkan serikatnya. Pada akhirnya menjadi pembacaan antar individu-individu saja. Dengan adanya serikat buruh akademik di kampus, diharapkan advokasi isu-isu yang terjadi pada diri mereka jauh lebih lancar, karena adanya konsolidasi antar partikularitas yang ada. Terlepas dari bentuknya apakah serikat, aliansi, atau bentuk lainnya. Jika serikat, apakah hanya satu partikularitas saja? Misal, serikat buruh akademik dosen, serikat buruh akademik asisten peneliti, dan lainnya. Atau aliansi yang sangat cair dan muncul ketika isu-isu tertentu.…
Anak muda menjadi salah satu bagian yang menyejarah dalam sejarah Indonesia. Ia terkadang dicitrakan sebagai sesuatu yang progresif dan mewarnai pergulatan menjadi Indonesia -bahkan sampai sekarang. Sebut saja berbagai tokoh yang sering disebut dalam diskusi, misal, Semaoen, Tan Malaka, Soe Hok Gie, dan lainnya. Belakangan, anak muda [lagi-lagi] dicitrakan sebagai pembawa perubahan. Kali ini, citra yang dilekatkan melalui “Millenial”. Anak muda yang dicitrakan “Millenial” itu diartikan sangat bias dengan kelas menengah urban dengan penguasaan teknologi dan modal yang mumpuni. Seolah-olah, semua anak muda itu “Millenial” dengan akses terhadap sumber daya yang luas. Pengartian itu secara tidak langsung juga mencerabut anak muda sebagai salah satu bagian partikular di dalam masyarakat. Bahkan, kesadaran di dalam anak muda itu juga partikular seakan tidak nampak, karena tertutupi oleh cap “Millenial”. Anak Muda, hari ini mendapatkan momentumnya [lagi] untuk membangun gerakan. Pandemi Covid-19 membawa sedikit angin segar bagi anak muda untuk menunjukkan taringnya. Berbagai gerakan yang diinisiasi seperti berbagi nasi, membuka dapur umum, dan penyaluran bantuan sosial menjadi wujud gerakan. Ia tidak lagi hadir dalam bentuk orasi, tetapi ia hadir dalam demonstrasi melalui pembagian bantuan yang seharusnya menjadi kewajiban negara. Sementara beberapa partikular anak muda membangun gerakan solidaritas untuk mengisi apa yang ditinggalkan negara, beberapa partikular anak muda sibuk menerima proyek dari negara. Beberapa anak muda menggaungkan untuk “menyalakan lilin”, tetapi mereka lupa untuk melihat bahwa penyedia listriknya sedang tidak beres -dan ia menjadi bagian dari ketidakberesan itu.…
Setelah mendengarkan pemaparan hasil riset hingga tanggapan narasumber lainnya, kini saatnya kita mendengarkan bagaimana pertanyaan dan jawaban narasumber mengenai penelitian ini. Selamat Mendengarkan!
Mari kita sedikit berendah hati untuk belajar mendengar bukan terus ingin didengarkan dan dipercaya! Sejarah membuktikan Orde Baru yang terlalu percaya dengan kemampuan dirinya pada akhirnya hanya rumah boneka yang ambruk begitu saja!
Kali ini AB Widyanata merespon penelitian yang dilakukan oleh Ismail Al Alam. Seperti apa tanggapan AB Widyanata atas penelitian Lampu Kuning Kebebasan Sipil: Proyeksi Tahun 2020 oleh Aktor Gerakan Sosial? Selamat mendengarkan!
Periode kedua Pemerintahan Jokowi, yang belum genap berusia satu tahun, sudah memberi isyarat pelemahan demokrasi baik lewat regulasi, konsolidasi oligarki, dan pembungkaman kebebasan berpendapat. Isu yang terbaru tentu saja tentang Omnibus Law. Kebebasan sipil bagaikan menghadapi lampu kuning, cuma beberapa saat sebelum pelemahan semakin ganas dan pembungkaman semakin luas. Karena itu, intervensi aktor-aktor gerakan sosial menuju inisiatif baru menjadi penting dilakukan. Riset ini menggali pandangan beberapa aktor tentang kondisi sepanjang 2020, dan apa yang harus diperbuat untuk menghadapi lampu kuning yang menyala terang itu.…
Buku dengan gaya penulisan populer namun bertungkus lumus dengan teori-teori besar ini adalah semacam ajakan untuk berdialog secara dewasa tentang seksualitas, pornografi, dan kecabulan masa kini. Dari halaman pertama buku ini, Anda akan diajak menyusuri jejak pornografi dan seks dalam beragam bentuk, menganalisis berbagai imajinasi hingga pada akhirnya Anda “dipaksa” untuk melihat dan menyadari betapa kompleksnya seksualitas manusia dan manusia itu sendiri yang tidak bisa diberangus dalam satu dua kategori begitu saja seperti yang dikehendaki oleh wacana dominan.…
Salah satu pembunuh demokrasi yang paling ampuh adalah politisinya sendiri. Adalah politisi yang sengaja memicu polarisasi dengan menyerang secara tajam pihak lawan melalui isu-isu yang tak jelas kebenarannya. Politisi yang meniupkan kepanikan pada warga dengan menebar teror lewat hantu krisis. Krisis ekonomi dan krisis keamanan: dua soal yang diaduk-aduk begitu rupa sehingga membuat publik merasa penting lahirnya pemimpin diktator.…
Persoalan demokrasi di Indonesia hadir dengan beragam bentuk dan kisah. Kebeasan akademik hingga kebebasan berekspresi menjadi ancaman nyata belakangan ini. Salah satu pembunuh demokrasi yang paling ampuh adalah politisinya sendiri. Adalah politisi yang sengaja memicu polarisasi dengan menyerang secara tajam pihak lawan melalui isu-isu yang tak jelas kebenarannya. Berangkat dari kompleksnya permasalahan demokrasi di Indonesia, merespond gerakan mahasiswa melakukan unjukrasa hingga membentuk komite-komite di setiap kampus. Namun apakah hal tersebut cukup? Tentu akan ada banyak pertanyaan menarik dan jawaban yang tak terduga dalam diskusi kali ini. Selamat Mendengarkan!…
Pemerintahan Joko Widodo bersiap memasuki periode kedua. Kamu mungkin perlu khawatir. Pasalnya pada periode pertamanya agenda hak asasi manusia (HAM) tidak menjadi prioritas. Meski Presiden mengklaim dirinya sudah tak punya 'beban' di periode kedua, tidak ada bukti konkret HAM akan menjadi agenda arus utama. Demi menanggalkan gestur permusuhan antar elit politik dan memuluskan kredo pembangunan lima tahun ke depan, mencuat frasa rekonsiliasi politik sebagai jalan terbaik kembali mempersatukan anak bangsa. Apa betul rekonsiliasi para elit yang saling adu di Pemilu 2019 merupakan langkah terbaik meredakan polarisasi di masyarakat? Lalu ada di mana posisi penegakan HAM di tengah 'politik MRT? --- Diskusi mengenai Proyeksi HAM Indonesia: Di Tangan Rekonsiliasi? yang dipantik Direktur Eksekutif Lokataru Haris Azhar, Ketua Dewan Nasional Konsorsium Pembangunan AgrariaIwan Nurdin, dan Direktur Jurnal Perempuan Atnike N. Sigiro diselenggarakan oleh Hakasasi.id pada 13 Juli 2019.…
Sebenarnya siapa itu 'mahasiswa', siapa itu anak muda? Penulis buku 'Orang Miskin Dilarang Sakit', Eko Prasetyo mencoba mencari jawaban hal besar apa yang perlu dilakukan para anak muda dan bagaimana menciptakan kegairahan tersebut.
Kuliah indah dari seorang filosof, Romo Hery B Priyono. Orang yang banyak memberi pesan untuk kita semua, seperti mengingatkan kita bahwa tradisi intelektual itu utama dalam landasan gerakan dan ternyata perubahan itu tidak selalu berbasis pada fakta yang kita bela.
Ini adalah sebuah cerita singkat Eko Prasetyo yang membawanya kepada dunia kepenulisan. Pengalaman, petualangan telah mengantarkannya pada dunia baru yakni dunia seorang penulis. Selamat mendengarkan!
Buku yang semula adalah disertasi Savitri Scherer ini menjawabnya. Savitri bukan saja menjelajahi biografi Pram, tetapi juga hubungan antara dunia nyata dan dunia fisiknya. Savitri pun tak merasa cukup hanya membongkar struktur kompleks mediasi antara Pram dan dunia kreatifnya dengan memperhatikan suasana juga kekuatan-kekuatan sosial, kebudayaan, politik yang gegap gempita oleh pertarungan ideologi dan semangat zaman penuh intrik polemik pemenjaraan dan periode 1950-1980 yang dialami serta mempengaruhinya. Lebih jauh Savitri menelusuri pandangan-pandangan sosial dan politik Pram untuk memahami karier sastranya, seraya menilai tanggapan-tanggapannya terhadap norma-norma sosial dan sastra pada masanya.…